Rabu, 27 November 2013

Lima Sekolah Jadi Pilot Proyek Pendidikan Karakter

Pembinaan jiwa nasionalisme dan karakter bangsa, dinilai sangat penting diera globalisasi. Untuk itu perlu ditanamkan sejak dini kepada masyarakat melalui implementasi secara terintegrasi dengan kegiatan intra dan ekstra kurikuler di sekolah-sekolah. Untuk keperluan tersebut dibenuk tim, baik pembina maupun teknis.

Hal tersebut dikatakan Kepala Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Dikbudpora) Drs Muh Wuryanto MM di depan peserta rapat koordinasi (rakor) tim pembina dan teknis serta sosialisasi pembinan nasionalisme dan karakter bangsa melalui jalur pendidikan. Rakor diselenggarakan di gedung Riptaloka Dikbudpora, dipimpin Bupati Purworejo Drs Mahsun Zain MAg, Selasa (26/11). Rakor diikuti sekitar 90 orang terdiri dari Forum Komunikasi Pimpinan Daerah, tim pembina, tim teknis, kepala UPT Pendidikan Kecamatan, Camat, dan pengawas sekolah.

Lebih lanjut dikatakan bahwa rencana aksi tersebut telah dilakukan sejak 2008 lalu di tingkat pusat, Kemudian 2010 dimulai rencana aksi di daerah. Kegiatannya terintegrasi dengan ektrakurikuler, intrakurikuler, kemitraan. Kemudian dilakukan pengadaan dan pendistribusian berbagai modul, simbol negara, lagu-lagu nasional, lomba-lomba.

Tahun 2011, diaplikasikan strategi ekstrakurikuer. Lima sekolah ditunjuk sebagai pilot proyek, yaitu TK Pembina Kecamatan Bayan, SD Kliwonan, SMP Muhamadiyah Purworejo, dan SMK Institut Indonesia Kutoarjo. Tahun berikutnya dilakukan penguatan karakter, kerjasama dengan institusi terkait, seperti Kodim, Polres dan Kemenag.

“Di tahun 2013, perwakilan Purworejo meraih juara satu tingkat Propinsi Jawa Tengah. Masing masing diwakili SMPN 19 dan SMAN 1,” ungkapnya.Bupati Purworejo pada kesempatan tersebut menyambut baik kegiatan yang dilaksanakan di sekolah itu. Ia juga meminta agar pembinaan karakter bangsa terus dilaksanaan. “Silahkan dinas terkait untuk mengajukan anggaran melalui APBD,” katanya.

Menurut Bupati, yang dihadapi bangsa di era globalisasi ada dua, yaitu lunturrnya nasionalisme dan rusaknya moralitas bangsa. Sebab di era globalisasi seperti sekarang ini, tidak bisa dipungkiri adanya perubahan.
Yang diperlu diantisipasi, perubahan yang berakibat negatif apalagi didukung semangat otonomi daerah. Sebab bila tidak diantisipasi, sifat kedaerahan akan lebih kuat sehingga berakibat terpecah-pecah NKRI.
Ia mencontohkan, banyak negara yang kuat dan maju, namun karena tidak memiliki dasar negara sebagai alat pemersatu bangsa yang kuat, akibatnya negara tersebut runtuh. “Bagi Indonesia, Pancasila sebagai dasar negara merupakan harga mati,” tandasnya.


Sebagai langkah antisipasi rusaknya moralitas bangsa, pihaknya tetap menertibkan warnet-warnet yang ada. Ia mengaku tidak menolak hadirnya teknologi, namun tetap menjaga agar teknologi tidak merusak bangsa. “Kita  telah memiliki budaya yang adiluhung. Kita tolak budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya kita,” pesannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar