Pembinaan jiwa nasionalisme dan
karakter bangsa, dinilai sangat penting diera globalisasi. Untuk itu perlu
ditanamkan sejak dini kepada masyarakat melalui implementasi secara
terintegrasi dengan kegiatan intra dan ekstra kurikuler di sekolah-sekolah.
Untuk keperluan tersebut dibenuk tim, baik pembina maupun teknis.
Hal tersebut dikatakan Kepala
Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Dikbudpora) Drs Muh Wuryanto
MM di depan peserta rapat koordinasi (rakor) tim pembina dan teknis serta
sosialisasi pembinan nasionalisme dan karakter bangsa melalui jalur pendidikan.
Rakor diselenggarakan di gedung Riptaloka Dikbudpora, dipimpin Bupati Purworejo
Drs Mahsun Zain MAg, Selasa (26/11). Rakor diikuti sekitar 90 orang terdiri
dari Forum Komunikasi Pimpinan Daerah, tim pembina, tim teknis, kepala UPT
Pendidikan Kecamatan, Camat, dan pengawas sekolah.
Lebih lanjut dikatakan
bahwa rencana aksi tersebut telah dilakukan sejak 2008 lalu di tingkat pusat,
Kemudian 2010 dimulai rencana aksi di daerah. Kegiatannya terintegrasi dengan
ektrakurikuler, intrakurikuler, kemitraan. Kemudian dilakukan pengadaan dan
pendistribusian berbagai modul, simbol negara, lagu-lagu nasional, lomba-lomba.
Tahun 2011, diaplikasikan strategi
ekstrakurikuer. Lima sekolah ditunjuk sebagai pilot proyek, yaitu TK Pembina
Kecamatan Bayan, SD Kliwonan, SMP Muhamadiyah Purworejo, dan SMK Institut
Indonesia Kutoarjo. Tahun berikutnya dilakukan penguatan karakter, kerjasama
dengan institusi terkait, seperti Kodim, Polres dan Kemenag.
“Di tahun 2013, perwakilan
Purworejo meraih juara satu tingkat Propinsi Jawa Tengah. Masing masing
diwakili SMPN 19 dan SMAN 1,” ungkapnya.Bupati Purworejo pada kesempatan
tersebut menyambut baik kegiatan yang dilaksanakan di sekolah itu. Ia juga
meminta agar pembinaan karakter bangsa terus dilaksanaan. “Silahkan dinas
terkait untuk mengajukan anggaran melalui APBD,” katanya.
Menurut Bupati, yang dihadapi
bangsa di era globalisasi ada dua, yaitu lunturrnya nasionalisme dan rusaknya
moralitas bangsa. Sebab di era globalisasi seperti sekarang ini, tidak bisa
dipungkiri adanya perubahan.
Yang diperlu diantisipasi,
perubahan yang berakibat negatif apalagi didukung semangat otonomi daerah.
Sebab bila tidak diantisipasi, sifat kedaerahan akan lebih kuat sehingga
berakibat terpecah-pecah NKRI.
Ia mencontohkan, banyak negara
yang kuat dan maju, namun karena tidak memiliki dasar negara sebagai alat
pemersatu bangsa yang kuat, akibatnya negara tersebut runtuh. “Bagi Indonesia,
Pancasila sebagai dasar negara merupakan harga mati,” tandasnya.
Sebagai langkah antisipasi
rusaknya moralitas bangsa, pihaknya tetap menertibkan warnet-warnet yang ada.
Ia mengaku tidak menolak hadirnya teknologi, namun tetap menjaga agar teknologi
tidak merusak bangsa. “Kita telah memiliki budaya yang adiluhung. Kita
tolak budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya kita,” pesannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar