Selasa, 14 Oktober 2014

Gubernur Jawa Tengah Tinjau Embung Di Desa Sukoagung

Pembangunan embung di Desa Sokoagung, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo Jawa Tengah digelontor anggaran sebanyak Rp 3 miliar. Anggaran yang disediakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah itu untuk memenuhi kebutuhan air baku masyarakat desa sekitar dan pengembangan potensi hortikultura. Sayangnya, proses penggalian embung mengalami kendalan lantaran medan lokasi berupa batu.
Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Jawa Tengah, Prasetyo Budie Y mengatakan, rencananya pihaknya akan membangun embung sebanyak dua buah tampungan. Tampungan I sedianya akan mampu menampung air sebanyak 4.170 meterkubik dan tampungan II berkapasitas 8.557 meterkubik. “Pembangunan baru pada embung tahap I,” katanya, Rabu (8/10) sore.
Dikemukakan, pembangunan embung tahap satu sudah dimulai dan akan selesai sekitar pertengan November 2014. Target tersebut molor dari jadwal semula lantaran kondisi medan berupa bebatuan, sehingga menyulitkan proses penggalian. Sementara proyek tahap II rencananya akan dilaksanakan pada 2015 mendatang.
Sementara itu, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo saat meninjau embung Sokoagung mengatakan, Pemprov Jateng setiap tahun menggalakkan pembangunan embung, baik menggunakan dana APBD I maupun APBN. Proyek tersebut guna mendukung gerakan swasembada pangan yang dicanangkan pemerintah. “Embung ini berfungsi sebagai tabungan air bagi masyarakat agar tak mengalami krisis air bersih saat musim kemarau. Semoga pada Desember 2014 mendatang embung ini sudah bisa berfungsi dengan baik,” katanya.

Prosesi Perayaan Hari Jadi Kabupaten Purworejo Berlangsung Khidmat

Prosesi penetapan Bumi Kayu Arahiwang menjadi Shima, yang berlangsung di Desa Borowetan Kecamatan Banyuurip, Rabu (8/10), berlangsung meriah namun khidmat. Kejutan muncul di akhir acara, ketika Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mampir ke lokasi prosesi, usai meninjau pembangunan embung Bagelen.
Dalam kesempatan itu Gubernur tampak tercengang mengetahui Kabupaten Purworejo sudah berusia 1113 tahun. “Opo iyoo? Ya mudah-mudahan saja benar begitu,“ katanya.
Semula ia mengaku tidak ada niatan datang pada acara  tersebut, namun saat meninjau  proyek  embung di Desa Sokoagung Kecamatan Bagelen , Ketua DPRD Purworejo memberi  tahu bahwa  Purworejo sedang merayakan hari jadi. “Makanya saya sempatkan mampir ke sini ingin melihat langsung acaranya,” ungkap Gubernur.
Lebih lanjut diungkapkan bahwa di daerah lain biasanya perayaan ulang tahun dilakukan di pusat kota, namun di Purworejo dilakukan di tengah pedesaan. “Saya suka yang seperti ini. Seharusnya acara seperti ini masuk agenda wisata tiap tahun, “tandasnya.

Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain MAg dalam kesempatan itu mengatakan, prosesi perayaan hari jadi diharapkan tidak hanya dipandang sebagai upaya melestarikan budaya belaka.  Lebih dari itu, hari jadi merupakan bagian dari mengenalkan sejarah kepada generasi muda.    “Sendratari ini merupakan sarana pendidikan bagi generasi muda, sehingga mereka tidak akan melupakan sejarah,” katanya.
Pagelaran sendratari kali ini digarap oleh dua koreografer, yakni Melania Sinaring Putri SSn dan Sudarwoko SSn, serta iringan oleh Singgih Winarno SSn. Sementara untuk menyiapkan artistik pertunjukan, tim sengaja melibatkan para seniman teater, yakni Harjito dari Teater Ilalang dan Haryanto dari Komunitas Teater Purworejo.
Melania mengatakan, pagelaran sendratari tersebut sudah disiapkan selama lebih kurang dua bulan dengan melibatkan sedikitnya 80 orang, yang terdiri dari pemain, narator, dan pengrawit. Sebagian besar pemainnya merupakan pelajar dan pelaku seni di Kabupaten Purworejo.
Para pengrawit sebagian besar merupakan pelajar dari berbagai sekolah. Adapun untuk penarinya diambilkan dari sanggar tari Prigel Purworejo.

Secara keseluruhan, konsep sendratari kali ini tidak jauh beda dengan tahun-tahun sebelumnya, meski demikian  tetap ada pembaharuan dari sisi penampilan. “Secara cerita dan alur,  kami tidak bisa mengubah, karena sendratari ini bercerita sejarah. Namun ada sajian yang beda kali ini. Antara lain pada adegan kerakyatan dan ending,” jelasnya.

Senin, 06 Oktober 2014

SMP Negeri 1 Purworejo Bangun Gapura Pintu Masuk

Dalam rangka untuk menciptakan suasana sekolah yang asri dan rapi, SMP Negeri 1 Purworejo bangun gapura pintu masuk. Bila sebelumnya pintu masuk menghadap ke barat, kini gapura pintu masuk yang baru menghadap ke selatan. Selain indah, bangunan gapura pintu masuk yang baru tersebut juga terkesan sedikit mewah. Lokasinya juga sangat tepat, yakni menghadap ke jalan raya Purworejo – Kutoarjo.

Kepala SMP Negeri 1 Purworejo Drs. H. Sartono MM mengatakan, pembangunan gapura tersebut dilakukan oleh Komite Sekolah yang diketuai oleh Drs Agus Supriyanto MSi beserta jajarannya. Dijelaskan, ide pembangunan itu diawali dengan seringnya sekolah kebanjiran serta di sejumlah tempat terlihat kumuh dan terkesan kurang terawat. “Selain itu juga untuk menyesuaikan nomenklatur sekolah serta mendukung Kabupaten Purworejo meraih Adipura dan menuju sekolah Adiwiyata,” paparnya.

Drs Sartono berharap, dengan wajah baru gapura pintu masuk tersebut akan menambah keasrian lingkungan sekolah. Dan dengan suasana yang baru itu akan berdampak pada semangat siswa maupun para guru dalam kegiatan belajar mengajar.

Senin, 29 September 2014

Penjual Susu Kedelai Ditangkap Tim Densus 88 Mabes Polri



Arif Suharto (42) alias Nur Candra, warga RT 01 RW 06 Kelurahan Pangenrejo, Kecamatan/Kabupaten Purworejo ditangkap Tim Densus 88 Mabes Polri Selasa (16/9)sekitar pukul 04.00 WIB. Arif yang sehari-harinya sebagAI penjual susu kedelai itu ditangkap karena diduga sebagai anggota teroris dan pernah membantu Noordin M Top. Arif ditangkap tak jauh dari rumahnya saat hendak berangkat berjualan dengan menggunakan sepeda motor . Tak ada perlawanan dalam penyergapan tersebut. Setelah ditangkap Arif Suharto langsung dibawa ke Yogyakarta.
Wakapolres Purworejo Kompol Elfian Rudi Harmoko menjelaskan, penangkapan terduga teroris Arif Suharto langsung ditangani oleh Mabes Polri dan tidak melibatkan polisi Purworejo. Sebelum penangkapan terlebih dulu Densus melakukan penyelidikan terhadap keberadaan pelaku. “Mengenai barang bukti apa yang dibawa dan sejauh mana keterlibatan pelaku dengan jaringan teroris Noordin M Top kami belum tahu persis,” kata Wakapolres.
Disebutkan, dugaan sementara keterlibatan Arif dengan kelompok Dr Azhari dan Noordin M Top karena ikut berperan menyembunyikan kedua gembong teroris tersebut sebelum tewas dalam operasi penangkapan di Malang beberapa tahun yang lalu. Dikatakan, Arif Suharto dan istrinya, Aisyah Nur Hikmah (36)merupakan alumnus D-III Jurusan Manajemen Informatika STMIK Pasuruan. Keduanya bukan warga asli Kelurahan Pangenrejo melainkan sebagai pendatang.
Sejumlah warga mengatakan, penangkapan Arif Suharto terjadi di Gang pinggir jalan Brigjend Katamso atau Jalan Raya Purworejo-Yogyakarta. Berjarak sekitar 500 meter dari rumah Arif Suharto. Waktu itu Arif Suharto sedang berangkat mengantar susu kedelai ke para pelangganya di Pasar Suronegaran. Warga bercerita, sewaktu Arif Suharto mengendarai sepeda motor Honda Supra X 125 tiba-tiba dihadang oleh tiga orang bertubuh tegap. Dua orang langsung memegang tangan Aris Suharto dan memasukan ke dalam mobil. “Awalnya kami menduga ada kejadian kecelakaan dan pelakunya hendak kabur. Tapi beberapa saat kemudian kami baru tahu kalau itu adalah operasi penangkapan anggota teroris,” ungkap warga sekitar.
Dari pengakuan tetangga, selama ini Aris Suharto dan istrinya dikenal sebagai orang mudah bergaul. Arif dan istrinya juga aktif dan membaur dengan segala kegiatan kampung. Oleh sebab itu warga mengaku sangat kaget dan tidak menduga jika orang yang selama ini dikenal ramah adalah anggota teroris. “Kaget dan tidak menyangka, soalnya selama ini orang biasa-biasa saja nggak ada yang aneh,” ujar warga.
Menurut warga, mereka tidak tahu persisi kapan Arif Suharto dan istrinya tinggal di Kelurahan Pangenrejo. Ada beberapa warga mengatakan jika Arif sudah tujuh tahun tinggal di daerah tersebut. Namun ada juga yang menyebut Arif baru empat tahun berdomisili di daerah mereka. Sebelumya kata warga, Arif Suharto dan Istrinya tinggal di wilayah RT 01 RW 05. “ Namun sejak beberapa tahun lalu Arif Suharto dan istrinya pindan dan membangun rumah disini, “ kata warga.
Sementara itu, Aisyah, istri Arif Suharto mengaku syok dengan penangkapan suaminya. Aisyah juga tidak mengira kalau suaminya akan ditangkap Densus 88 karena diduga terlibat kegiatan teroris. “Saya pasrah saja mudah-mudahan suami saya tidak bersalah dan segera bisa pulang,” ucap Aisyah. Dari hasil perkawinan dengan Aisyah, Arif Suharto dikarunia lima orang anak.

Kamis, 08 Mei 2014

Usai Dicabuli, Siswa SMP Dibunuh

Teka teki ditemukannya mayat Sri Maulana (16) warga Desa Bongkot Kecamatan Purwodadi di sebuah kolam ikan milik Suwito pada Minggu (27/4) lalu akhirnya terungkap. Dari hasil penyelidikan polisi diketahui siswa kelas 9 SMP Bhakti Mulia tersebut  adalah korban pembunuhan yang dilakukan oleh Bambang (18) warga Desa Bongkot Kecamatan Purwodadi.

Ironisnya, sebelum dibunuh korban terlebih dulu di cabuli oleh tiga remaja yang masih berstatus pelajar. Yakni,  Dwi Prasetyo (16) siswa kelas 7 SMK PN 2 yang sudah mengundurkan diri, Aldi Kurniawan (16) dan Tulus Setyo Basuki (16). Keduanya siswa salah satu SMK Negeri Purworejo. Terungkapnya kasus pencabulan dan pembunuhan bermula saat beberapa warga curiga dengan kematian korban yang tidak wajar dan melaporkan hal itu ke Polsek Purwodadi.

Dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) dan keterangan sejumlah saksi polisi curiga kematian korban akibat pembunuhan. Kecurigaan polisi semakin kuat ketika dari penuturan keluarga handphone milik korban juga hilang. Untuk memastikan kecurigaan tersebut kemudian polisi mengotopsi mayat korban di RS Saras Husada Purworejo.

Dan dari hasil outopsi ditemukan sejumlah luka pada tubuh dan alat vital korban. “Dari hasil pengembangan kami akhirnya menetapkan empat tersangka, yaitu Dwi Prasetyo, Aldi Kurniawan dan Tulus Setyo Basuki,” ungkap Kapolres Purworejo AKBP Roma Hutajulu melalui Kompol Suryo Sumpeno Kasubag Humas Polres Purworejo.

 Selain itu, lanjut Suryo Sumpeno, polisi juga meminta keterangan seorang saksi bernama Sujad Tamtama (16). Dikatakan Suryo Sumpeno, peristiwa bermula saat Sabtu (26/4) malam sekitar pukul 19.00 WIB korban yang sedang bersepeda  bertemu dengan Sujad Tamtama. Setelah terlibat obrolan, keduanya kemudian pergi dengan mengendarai sepeda motor milik Sujad Tamtama setelah sebelumnya korban menitipkan sepedanya di sebuah warung tak jauh dari rumahnya.

Keduanya kemudian menuju ke SD Sukomanah yang berjarak sekitar 1 km dari Desa Bongkot. Ditempat tersebut ternyata sudah menunggu Dwi Prasetyo, Aldi Kurniawan dan Tulus Setyo Basuki. Ditempat tersebut mereka kemudian membakar singkong dan ikan lele serta minum ciu. Meski demikian korban tidak ikut meminum ciu.

Usai menyantap singkong dan ikan lele korban kemudian pamit ke rumah temannya dengan menggunakan sepeda motor milik Sujad Tamtama. Beberapa saat kemudian Bambang datang dengan mengendarai sepeda onthel dan ikut bergabung dalam “pesta kecil” tersebut. Sekitar pukul 22.00 WIB korban muncul dan bergabung lagi.

Sementara itu Sujad Tamtama yang merasa kurang senang akibat bensin sepeda motornya hampir habis kemudian pergi meninggalkan korban bersama para tersangka. Saat itulah dalam keadaan mabuk para tersangka mulai berbuat tidak senonoh terhadap korban. Pada awalnya korban berusaha menolak dan terus menghindar.

Namun karena terus dipaksa dan tidak berdaya akhirnya korban berhasil dicabuli oleh Dwi Prasetyo, Aldi Kurniawan dan Tulus Basuki secara bergantian. Sementara tersangka Bambang hanya bisa melihat sambil menahan nafsu. Pada awalnya Bambang akan ikut ambil bagian dalam aksi cabul tersebut, namun lantaran dibentak oleh korban akhirnya remaja jebolan kelas 8 SMP ini mundur teratur dan hanya bisa duduk manis. Sekitar pukul 23.00 WIB aksi cabul tersebut selesai. Ke tiga tersangka kemudian menyuruh Bambang mengantar pulang korban. Bambang sendiri dengan korban terhitung masih tetangga satu desa.

Meski awalnya menolak, namun Bambang akhirnya bersedia mengantar korban pulang dengan dibonceng sepeda onthel. Dalam perjalan pulang dan ketika melewati perkebunan, Bambang menghentikan sepeda onthelnya dan menyuruh korban turun. Ditempat ini Bambang mengajak korban berhubungan intim.
Korban yang kondisinya sudah lemas hanya bisa pasrah dan menuruti kemauan Bambang. Setelah beristirahat beberapa saat, korban mengajak pulang. Namun Bambang yang merasa belum puas justru kembali mengajak berhubungan intim. Namun karena sudah larut malam dan kecapaian korban menolak ajakan tersebut.

Tak terima penolakan itu Bambang dengan paksa kemudian berusaha mencabuli korban. Namun lantaran terus mendapat perlawanan perlawanan Bambang lantas membekap mulut korban hingga lemas. Sejenak kemudian Bambang meneruskan perjalanan pulang sambil tetap memboncengkan korban yang kondisinya semakin kritis.

Sewaktu hampir sampai tujuan Bambang kebingungan karena tubuh korban sudah tidak bergerak. Dalam kepanikan itu Bambang kemudian menceburkan tubuh korban ke dalam kolam ikan ukuran 3 x 6 milik Suwito. Jarak kolam ikan dengan rumah korban hanya berjarak sekitar 100 meter. Tak hanya itu saja untuk menghilangkan jejak mayat korban ditindih dengan sepeda onthel.

Namun berkat kejelian petugas tersangka Bambang berhasil diringkus bersama barang bukti berupa sepeda onthel, handphone dan sim card. Selain Bambang, polisi juga menangkap tiga tersangka lainya. Sementara Sujad Tamtama, meski sempat ikut ditahan namun statusnya hanya sebagai saksi. “Tersangka pencabulan akan dikenai pasal 80 UU No 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara. Sementara tersangka pembunuhan kini masih dalam pengembangan, ” jelas Kompol  Suryo Sumpeno.

Terpisah, orang tua korban, Legiyah (51) yang ditemui dirumahnya mengaku pasrah dengan kejadian tersebut. Namun demikian dirinya berharap agar para pelaku diproses sesuai hukum yang berlaku. “Kalau bisa para pelaku dihukum seberat-beratnya,” ujar Legiyah.
Dituturkan, korban merupakan putri bungsu dari enam bersaudara. Dalam keseharianya korban dikenal sebagai pribadi yang periang dan menyenangkan. Beberapa bulan terakhir ini korban hanya tinggal dengan ibu dan saudara-saudaranya lantaran ayahnya, Legiman (52) masih mendekam dalam sel tahanan polisi akibat tertangkap saat menjual Togel.

Menurut Legiyah, tak ada firasat sedikitpun menjelang kematian anaknya. Legiyah berkisah, malam itu anaknya minta uang dan pamit akan ke warung yang tak jauh dari rumahnya dengan menggunakan sepeda onthel. Legiyah juga tidak curiga atau was-was meski sudah agak malam anaknya belum pulang kendati pamitnya hanya ke warung. “Anak saya yang lain bilang kalau sepeda yang digunakan Sri masih di warung jadi saya nggak khawatir, “ katanya. 

Legiyah baru merasa cemas dan khawatir ketika pagi harinya korban belum juga pulang. Apalagi tidak lama kemudian salah seorang tetangganya memberitahu jika anaknya ditemukan sudah meninggal di kolam ikan tak jauh dari rumahnya. Melihat kenyataan tersebut Legiyah hanya bisa menangis sambil memandangi jenazah anaknya yang sudah terbujur kaku.









Jumat, 10 Januari 2014

Kakek Cabuli Siswa SD

Perbuatan Paiman (54) warga Dusun Pandeng Lor RT 3 RW 1, Desa Tanjunganom, Kecamatan Banyuurip, Kabupaten Purworejo memang bejad. Lantaran tak kuat menahan nafsu sahwatnya, kakek yang sudah dikaruniai tujuh cucu ini nekad berbuat cabul terhadap ACF (7), siswa SD warga Dusun Pendeng Lor RT 03 RW 01 Desa Tanjunganom, Kecamatan Banyuurip.

Akibatnya kakek cabul ini harus meringkuk dalam sel tahanan Mapolres Purworejo untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kapolres Purworejo AKBP Roma Hutajulu melalui Kasubag Humas AKP Suryo Sumpeno dalam gelar perkara Senin (6/1) menjelaskan, peristiwa pencabulan yang terjadi pada Kamis 28 November 2013 lalu bermula saat tersangka mengajak korban keliling kampung menggunakan sepeda onthel. Setelah puas keliling kampung, tersangka mengajak korban beristirahat di sebuah rumah kosong.

Melihat keadaan rumah kosong tersebut sepi, tersangka kemudian menggelar karpet yang ada di tempat itu dan mengajak korban tiduran. Selanjutnya tersangka mulai berbuat cabul kepada tersangka. Perbuatan tersangka terungkap sewaktu korban mengeluh sakit saat buang air kecil. Orangtua korban kaget setelah dari hasil visum diketahui kemaluan anaknya luka.

Setelah korban mengaku dicabuli oleh tersangka, kemudian orangtuanya melaporkan hal itu ke polisi. Tersangka yang sehari-harinya sebagai petani tak bisa mengelak saat digelandang polisi. Polisi juga mengamnkan barang bukti berupa sepeda onthel dan karpet yang digunakan berbuat asusila terhadap korban. Dijelaskan, aksi tersangka terhadap korban merupakan yang kedua kali. Sebelumnya tersangka pernah melakukan perbuatan cabul terhadap korban di sebuah gubuk di kebun jeruk.


“ Tersangka dijerat pasal 82 UU RI No 23 Tahun 2002, tentang perlindungan anak dengan ancaman hukuman penjara maksimal 15 tahun, “ kata AKP Suryo Sumpeno. Sementara itu, dihadapan awak media tersangka mangaku menyesali perbuatannya. Meski demikian tersangka tidak mengakui telah melakukan hubungan badan dengan korban. Tersangka mengaku hanya menyentuh kemaluan korban dengan tangannya.