Sabtu, 30 November 2013

Pelajar SMK Setubuhi Siswi SMP

Siswa kelas XI sebuah SMK swasta di Kutoarjo, AY (16) diamankan anggota Polres Purworejo. AY warga Kelurahan Semawung Kembaran RT 02 RW 06 Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo ditangkap lantaran diduga telah menyetubuhi PSN (16), siswa kelas 8 sebuah SMP Negeri di Kemiri, warga Desa Rowo Bayem RT 03 RW 03 Kecamatan Kemiri Kabupaten Purworejo yang tak lain pacarnya sendiri.

Kapolres Purworejo AKBP Roma Hutajulu melalui Kasubag Humas AKP Suyadi menjelaskan, peristiwa itu terjadi Minggu (17/11) bermula saat tersangka menjemput korban di salah satu warung internet (warnet)di Kemiri. Selanjutnya korban diajak ke rumah temannya di Kelurahan Semawung Kembaran. Setelah duduk –duduk sebentar keduanya masuk rumah temanya yang kosong tidak ada orang tuanya. Setelah itu tersangka dan korban masuk kamar dan melakukan persetubuhan selama 10 menit. Perbuatan itu diulangi sampai tiga kali.

Setelah puas kemudian korban diantar pulang oleh tersangka. Namun tidak sampai rumah korban dan hanya diturunkan tengah jalan, tepatnya di lapangan Desa Tunggorono. Kecewa dengan ulah tersangka, korban kemudian mengadu pada orang tuanya. Tidak terima dengan kejadian itu orang tua korban kemudian melapor ke Polsek Kutoarjo. “Tersangka diancam dengan pasal 81 UU Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun,” kata Suyadi.

Ditemui di Mapolres Purworejo, tersangka mengaku sebenarnya siap bertanggung jawab dengan menikahi korban. Namun oleh pihak keluarga korban ditolak. “ Saya siap menikahi PSN tapi tidak diperbolehkan orangtuanya,” ucap tersangka. Sementara itu pihak sekolah korban yang coba dihubungi enggan memberikan penjelasan.

Rabu, 27 November 2013

Lima Sekolah Jadi Pilot Proyek Pendidikan Karakter

Pembinaan jiwa nasionalisme dan karakter bangsa, dinilai sangat penting diera globalisasi. Untuk itu perlu ditanamkan sejak dini kepada masyarakat melalui implementasi secara terintegrasi dengan kegiatan intra dan ekstra kurikuler di sekolah-sekolah. Untuk keperluan tersebut dibenuk tim, baik pembina maupun teknis.

Hal tersebut dikatakan Kepala Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Dikbudpora) Drs Muh Wuryanto MM di depan peserta rapat koordinasi (rakor) tim pembina dan teknis serta sosialisasi pembinan nasionalisme dan karakter bangsa melalui jalur pendidikan. Rakor diselenggarakan di gedung Riptaloka Dikbudpora, dipimpin Bupati Purworejo Drs Mahsun Zain MAg, Selasa (26/11). Rakor diikuti sekitar 90 orang terdiri dari Forum Komunikasi Pimpinan Daerah, tim pembina, tim teknis, kepala UPT Pendidikan Kecamatan, Camat, dan pengawas sekolah.

Lebih lanjut dikatakan bahwa rencana aksi tersebut telah dilakukan sejak 2008 lalu di tingkat pusat, Kemudian 2010 dimulai rencana aksi di daerah. Kegiatannya terintegrasi dengan ektrakurikuler, intrakurikuler, kemitraan. Kemudian dilakukan pengadaan dan pendistribusian berbagai modul, simbol negara, lagu-lagu nasional, lomba-lomba.

Tahun 2011, diaplikasikan strategi ekstrakurikuer. Lima sekolah ditunjuk sebagai pilot proyek, yaitu TK Pembina Kecamatan Bayan, SD Kliwonan, SMP Muhamadiyah Purworejo, dan SMK Institut Indonesia Kutoarjo. Tahun berikutnya dilakukan penguatan karakter, kerjasama dengan institusi terkait, seperti Kodim, Polres dan Kemenag.

“Di tahun 2013, perwakilan Purworejo meraih juara satu tingkat Propinsi Jawa Tengah. Masing masing diwakili SMPN 19 dan SMAN 1,” ungkapnya.Bupati Purworejo pada kesempatan tersebut menyambut baik kegiatan yang dilaksanakan di sekolah itu. Ia juga meminta agar pembinaan karakter bangsa terus dilaksanaan. “Silahkan dinas terkait untuk mengajukan anggaran melalui APBD,” katanya.

Menurut Bupati, yang dihadapi bangsa di era globalisasi ada dua, yaitu lunturrnya nasionalisme dan rusaknya moralitas bangsa. Sebab di era globalisasi seperti sekarang ini, tidak bisa dipungkiri adanya perubahan.
Yang diperlu diantisipasi, perubahan yang berakibat negatif apalagi didukung semangat otonomi daerah. Sebab bila tidak diantisipasi, sifat kedaerahan akan lebih kuat sehingga berakibat terpecah-pecah NKRI.
Ia mencontohkan, banyak negara yang kuat dan maju, namun karena tidak memiliki dasar negara sebagai alat pemersatu bangsa yang kuat, akibatnya negara tersebut runtuh. “Bagi Indonesia, Pancasila sebagai dasar negara merupakan harga mati,” tandasnya.


Sebagai langkah antisipasi rusaknya moralitas bangsa, pihaknya tetap menertibkan warnet-warnet yang ada. Ia mengaku tidak menolak hadirnya teknologi, namun tetap menjaga agar teknologi tidak merusak bangsa. “Kita  telah memiliki budaya yang adiluhung. Kita tolak budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya kita,” pesannya.

Peran Pengawas Sekolah Penting

Sebagai penunjang penyelenggaraan pendidikan tentunya pengawas memiliki peran dan kontribusi yang penting, termasuk juga dalam pelaksanaan manajemen mutu terpadu. Sebab pengawas sekolah merupakan tenaga kependidikan yang diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan dalam meningkatkan kualitasnya.

Hal itu ditegaskan Sekda Purworejo Drs Tri Handoyo MM saat menutup Diklat Pengawasan Pendidikan, di Hotel Plalaza, Jum’at (22/11). Diklat yang merupakan kerjasama Pemkab Purworejo dengan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan DIY itu, diikuti 30 pengawas sekolah.

Lebih lanjut Sekda mengatakan bahwa upaya membangun mutu pendidikan terus dilakukan baik oleh pemerintah maupun pihak sekolah sebagai penyelenggara pendidikan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat terhadap mutu pendidikan sekaligus sebagai respon terhadap perubahan kehidupan yang sangat cepat di era globalisasi. “Hal tersebut dilakukan dengan harapan mutu lulusan pendidikan dapat bersaing dalam pemenuhan kebutuhan kerja, dan memberikan kesejahteraan bagi keluarga dan masyarakatnya,” katanya.

Salah satu kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam upaya membangun mutu pendidikan, menurutnya  adalah dengan menerapkan manajemen mutu terpadu di sekolah. Dalam hal ini sekolah dipandang sebagai organisasi yang memberikan layanan jasa pendidikan kepada siswa dan masyarakat sehingga manajemen mutu terpadu dapat dikatakan sebagai proses pengelolaan sekolah yang berfokus kepada pemenuhan kebutuhan dan kepuasan siswa dan masyarakat.

Dikatakan bahwa upaya pembaharuan yang dilakukan pemerintah tidak akan membuahkan hasil jika tidak ada upaya yang sama dari pihak sekolah. Penyelenggaran manajemen mutu terpadu di sekolah membutuhkan kerjasama kepala sekolah, guru dan karyawan sebagai pelaksana utama. “Komitmen masyarakat sekolah ini penting agar selalu dapat bersama-sama merencanakan dan melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, serta melakukan perbaikan terus menerus dalam mencapai pendidikan yang bermutu,” tandasnya.

Kepala BKD Drs Sigit Budimulyanto MM dalam laporannya mengatakan  berkat partisipasi dan peran serta secara aktif dari peserta, pengajar, fasilitator, dan unsure lain yang terkait, diklat bisa berjalan degan tertib, aman dan lancar.  Sedang materi pelajaran yang telah diikuti sebanyak 80 jam pelajaran, dengan tenaga pengajar dari pejabat Pemkab dan dari LPMP DIY.


Untuk metode penyajian materi melalui metode kuliah, ceramah, tanya jawab, dan diskusi interaktif serta didukung sarana prasarana multimedia yang memadai.
“Bagi peserta yang telah mengikuti diklat ini sampai dengan akhir kegiatan, diberikan surat tanda tamat pendidikan dari Pemkab,” tutur Sigit.

Ribuan Guru Ikuti Upacara Hari Guru

Ribuan guru se Kabupaten Purworejo mengikuti upacara peringatan Hari Guru Nasional (HGN) dan HUT ke-68 PGRI, di alun-alun Purworejo, Senin (25/11). Dalam kesempatan itu juga diserahkan penghargaan kepada juara karnaval pembangunan. Juara I KB diraih KB Kecamatan Bener, TK/RA (Kemala Bhayangkari), SD/MI (SDN Pangen Gudang), SMP/MTs (SMPN 4), UPT P dan K (Bener), SLTA (SMKN 4), Umum (Disnakertransos).

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam sambutannya yang dibacakan Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain MAg mengungkapkan bahwa kita semua menyadari dan memahami tentang arti penting dan mulianya pendidikan. Tetapi di balik itu kita juga menyadari bahwa tantangan dan persoalan yang kita hadapi semakin berat, rumit, dan kompleks. “Terutama dalam rangka mempersiapkan generasi 2045, 100 tahun Indonesia merdeka, dan kejayaan Indonesia,” katanya.

 Untuk itu menurutnya, prinsip yang kita kembangkan adalah memberikan layanan pendidikan sedini mungkin (start earlier) melalui gerakan PAUD, memberikan kesempatan bersekolah setinggi mungkin (stay longer) melalui pendidikan menengah universal (PMU), dan peluasan akses ke perguruan tinggi. Selain itu,  perlu memperluas jangkauan dan menjangkau mereka yang tidak terjangkau (rich wider) melalui program bantuan siswa miskin (BSM), Bidikmisi, dan sarjana mendidik di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (SM3T).

“Kita ingin agar anak-anak kita di manapun berada dan apapun latar belakang sosial dan ekonominya dapat memperoleh layanan pendidikan setinggi mungkin. Pendidikan tersebut harus terjangkau dan berkualitas. Guru dan tenaga kependidikan menjadi faktor penentunya sehingga mau tidak mau harus kita tingkatkan ketersediaan dan profesionalitasnya,” ungkapnya.

Selasa, 12 November 2013

Bank BRI Unit Bayan Nyaris Kebobolan

Bank BRI Unit Bayan yang terletak di Jalan Gajah Mada atau Jl Raya Purworejo-Kutoarjo nyaris menjadi korban perampokan Minggu (10/11) sekitar pukul 15.30 WIB. Namun aksi itu berhasil digagalkan oleh Sutoyo (22), Satpam Bank BRI Unit Bayan.

Meski demikian Sutoyo mengalami luka cukup serius pada bagian kepala setelah dipukul linggis oleh para pelaku. Hingga kini kasus tersebut masih ditangani oleh Polres Purworejo. Barang bukti yang berhasil diamankan berupa sandal jepit dan linggis.

Kejadian bermula saat pelaku yang berjumlah dua orang berpura-pura untuk pinjam toilet di bank. Sutoyo yang saat itu sedang piket mempersilahkan para pelaku masuk dan meminta melepas helmnya. Namun permintaan itu tidak dituruti oleh para pelaku bahkan keduanya mengeluarkan linggis dan memukul kepala Sutoyo hingga tersungkur bersimbah darah. Melihat gelagat kurang baik, Sutoyo berusaha memberi perlawanan sambil berusaha melarikan diri.

Setelah melalui perlawanan sengit akhirnya Sutoyo berhasil kabur lewat dapur dan berlari ke arah keramaian. Selanjutnya Sutoyo berteriak minta pertolongan kepada warga sekitar sehingga para pelaku panik dan berusaha melarikan diri. “Kedua pelaku kabur ke arah Kutoarjo dengan mengendarai dua sepeda motor, mio dan jenis bebek,” kata Sutoyo di Mapolres Purworejo belum lama ini.

Atas keberanianya menggagalkan aksi perampokan tersebut Sutoyo mendapat apresiasi dari Kapolres Purworejo. “Apa yang dilakukan oleh Sutoyo sungguh berani dan pantas mendapat apresiasi yang tinggi. Berkat keberanianya aksi perampokan itu berhasil digagalkan,” kata Kapolres Purworejo AKBP Roma Hutajulu SIK MSi.

Sabtu, 09 November 2013

Dialog Antar Tokoh Agama : Agama Ibarat Pedang Bermata Dua

Agama ibarat pedang bermata dua. Satu sisi bisa bermanfaat, sisi lain bisa membahayakan bagi penggunanya dan masyarakat lain. Agama juga ditempatkan  di sanubari yang paling dalam bagi penganutnya. Sehingga sangat sensitif, apabila agamanya “diganggu” akan mudah marah.

 Hal tersebut disampaikan Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)  Provinsi Jawa Tengah, Prof Dr Abu persatuan bangsa“, dibuka Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain MAg. Dialog dihadiri sekitar Absan MPd, ketika menjadi pembicara dalam acara dialog antar tokoh agama, beberapa waktu lalu di aula PKRI Purworejo. Dialog dengan tema “Kontribusi lembaga keagamaan dan tokoh agama dalam memperkokoh 76 orang tokoh agama Islam, Kristen, Katholik, Budha dan Konghucu.

Diungkapkan oleh Abu Absan yang juga ketua PWNU Jateng, bahwa menghadapi pesta demokrasi Pemilu 2014 mendatang, ia minta agar para pemeluk agama harus cerdas. Sebab tidak tertutup kemungkinan agama “ditunggangi” beberapa kepentingan termasuk kepentingan politik. Pemeluk agama hendaknya dalam memilih calon wakilnya, berdasarkan moral. Ia menilai bahwa fenomena yang terjadi saat ini, politik dijadikan sebagai panglima, bukan hukum yang semestinya sebagai panglima.

Diakui bahwa, hukum sebagai produk dari politik. Namun harus disadari bahwa hukum dibuat untuk mengontrol politik. “Yang terjadi saat ini, bila seseorang diduga melanggar hukum, apabila dekat dengan penguasa akan bebas” katanya. Agama tidak bisa dipisahkan dengan kekuasan, namun agama hendaknya jangan dicampurkan dengan kekuasaan.  Mereka punya wilayah sendiri-sendiri.

“Tokoh agama habitatnya kerakyatan dan kebangsaan, bukan politik praktis. Ibarat harimau, habitatnya ya di hutan. Kalau keluar dari habitatnya, ya jadi macan sirkus yang akan ditertawakan anak kecil. Sehingga suaranya sudah tidak lagi berwibawa. Fenomena yang terjadi saat ini, banyak parpol yang berbasis agama, namun tidak bisa menggunakan bahasa agama” katanya yang disambut tawa peserta.

Pada kesempatan yang sama, Drs Miftah dari Kantor Kementrian Agama Kabupaten Purworejo menyatakan bahwa menjelang pelaksanaan Pemilu 2014, suasana kondusif harus tetap terjaga. Untuk mempertahankan sikon tersebut, peran tokoh agama sangat dibutuhkan.

Kerukunan umat beragama di Jawa Tengah dinilai pemerintah pusat sangat harmonis. Sehingga Jawa Tengah mendapat julukan “Provinsi Harmoni”. Kondisi seperti itu menarik perhatian Mentri Agama RI, untuk berkunjung ke Jateng dalam waktu dekat, untuk dialog dengan para tokoh agama.
Hadir dan memberikan materi, Romo Paulus Praptondo MSC dari tokoh Agama Katholik, Haditoyo dari agama Islam, Sudarno AS dari agama Konghucu, dan Samavati Sumiyem dari agama Budha.

                                                        

Jumat, 08 November 2013

Korban Oplosan Maut Terus Bertambah

Korban oplosan maut terus bertambah. Beberapa saat lalu sekitar pukul 19.00 WIB Yono alias Chunting (35) menghembuskan nafas terakhirnya di RSUD Purworejo. 

Chunting warga Baledono Singodranan merupakan korban kritis yang selama ini dirawat di rumah sakit. Dengan meninggalnya Chunting, maka sembilan orang yang ikut pesta oplosan maut seluruhnya tewas.

Sebelumnya, jumat (8/11) sekitar pukul 13.00 WIB Mamang (40) warga RT 06 RW 07 Kelurahan Baledono, Kecamatan/Kabupaten Purworejo yang sama-sama dirawat di rumah sakit terlebih dulu meninggal dunia.

Selain merenggut sembilan peserta pesta oplosan maut tersebut, miras yang hingga kini belum diketahui pasti apa jenis dan mereknya juga menewaskan Joko Purwanto (48) warga Kampung Ngeposan, Kelurahan Purworejo.

Namun demikian kedua korban terakhir ini bukan bagian dari pesta oplosan maut di Baledono. Hanya saja diduga keduany menenggak oplosan yang jenis dan mereknya sama dengan korban lainya. Pasalnya keduanya ditemukan meninggal setelah meminum oplosan. Sebelum meninggal keduanya juga mengeluh dadanya sakit dan sulit bernafas.

Hingga kini pihak kepolisian Polres Purworejo masih terus menelusuri asal muasal oplosan tersebut. Dari penuturan sejumlah saksi dilapangan, oplosan tersebut berasal dari Surabaya dan masuk ke Purworejo dibawa oleh sejumlah pengamen jalanan.
Jenis oplosan itu pula yang diduga pernah memakan puluhan korban di luar daerah beberapa waktu lalu. “Namanya lupa, tapi sepengetahuan saya oplosan itu diorder oleh pengamen,” ujar salah satu warga Kampung Brengkelan yang enggan disebut namanya. Warga lainya menyebutkan, sebelum trejadi peristiwa tersebut sejumlah korban berkumpul di depan toko swalayan “Laris” tak jauh dari rumah Erik.

Bahkan salah satu korban yang bernama Kamto alias Memet ditemukan sekarat di warung milik Erik. Hingga saat ini, Erik (47) warga Kampung Brengkelan, Kelurahan Purworejo yang diduga  mengetahui asal usul oplosan itu masih menjalani pemeriksaan di Mapolres Purworejo. Berikut adalah korban oplosan maut tersebut. :

  1. Suyadi (50) Rt 06 RW 07 Kelurahan Baledono
  2. Arjoko (Singkek) (47) RT 06 RW 07 Kelurahan Baledono
  3. Hariyanto (Bedhor) RT 05 RW 07 Kelurahan Baledono
  4. Sutrisno (43) RT 04 RW 07 Kelurahan Baledono
  5. Kamto (Memet) (50) RT 06 RW 07 Kelurahan Baledono
  6. Hantoro (47) RT 06 RW 07 Kelurahan Baledono
  7. Mamang (40) RT 05 RW 07 Kelurahan Baledono
  8. Yono (Chunting) (45) Kampung Singodranan Kelurahan Baledono
  9. Ahmad (27) Kampung Brengkelan Kelurahan Purworejo
  10. Joko Purwanto (48) Kampung Ngeposan Kelurahan Purworejo


Kamis, 07 November 2013

Tenggak Oplosan, Lima Tewas, Satu Sekarat

Akibat menenggak minuman keras (miras) oplosan, lima orang tewas dan satu lagi sekarat dan harus dirawat di Rumah Sakit. Korban tewas adalah, Suyadi (50), Sukamto alias Memet(50), Arjoko alias Singkek (47), Sutrisno (42), dan Hariyanto alias Bedhor (40). Sedang yang kritis dan kini masih menjalani perawatan medis, Hantoro (49). Sementara satu orang lagi, yaitu Cunthing (47) selamat dan hingga kini masih segar bugar.

Semua korban warga Kelurahan Baledono, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo dan terhitung masih satu lingkungan atau RW. Berdasarkan data dilapangan, pesta oplosan berlangsung pada Rabu (6/11) malam di lapak-lapak darurat pedagang Pasar Baledono yang berada di Jl Ahmad Yani. Aksi tenggak oplosan itu berlangsung hingga tengah malam.

Ke esukan harinya, korban yang berasal dari berbagai profesi itu melakukan aktifitas seperti biasanya. Namun menjelang tengah hari mereka mulai merasakan dadanya sakit dan sulit bernafas. Menjelang sore hari korban mulai berjatuhan. Suyadi adalah korban yang pertama. Keluarganya menemukan Suyadi terjatuh di kamar mandi dan yawanya tak tertolong.

Sekitar pukul 18.00 WIB Arjoko juga meninggal dunia meski sempat dibawa ke Rumah Sakit namun jiwanya tak bisa dielamatkan. Hanya selisih hitungan menit, Sutrisno ditemukan sudah tidak bernyawa di reruntuhan salah satu kios bekas Pasar Baledono yang terbakar beberapa waktu lalu. Kondisi Sutrisno sangat mengenaskan lantaran hingga meninggal tidak sempat mendapat perawatan medis sama sekali.
Tak hanya itu saja, mayat Sutrisno yang berada komplek bekas Pasar Baledono juga menjadi tontonan masyarakat. Warga Baledono semakin heboh ketika dua korban yang sedang di rawat di Rumah Sakit juga meninggal dunia. Sukamto alias Memet meninggal sekitar pukul 23.00 WIB. Sementara Hariyanto alias Bedhor meninggal dinihari sekitar pukul 01.00 WIB.

Kapolsek Purworejo Kota AKP Mangarif yang berada dilokasi evakuasi mayat Sutrisno mengatakan, saat ini pihaknya belum bisa memastikan apa penyebab kematian para korban. “Namun demikian dari penuturan sejumlah saksi korban meninggal diduga akibat over dosisi miras oplosan,”kata Mangarif.


Menurut rencana, jenazah korban akan dimakamkan Jumat (8/11) di pemakaman umum setempat. Hingga berita ini diturunkan, korban yang masih dirawat kondisinya sangat kritis. Selain wajahnya pucat, tubuhnya terus menggiggil.

Senin, 04 November 2013

GSIB Purworejo Masuk Tiga Besar Provinsi

Gerakan Sayang Ibu dan Bayi (GSIB) Kabupaten Purworejo masuk tiga besar tingkat Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan dua adalah Kabupaten Sragen dan Blora. Tiga besar tersebut berdasarkan data administrasi yang telah dievaluasi di tingkat Provinsi. Hasil evaluasi akan menentukan terbaik I, II, dan III.

Hal itu terungkap pada pelaksanaan monitoring dan evaluasi implementasi Kecamatan Sayang Ibu dan Bayi (KSIB) Provinsi Jawa Tengah di Kabupaten Purworejo, yang di pusatkan di Kecamatan Bayan, Kamis ( 31/11). Tim Provinsi yang terdiri lima orang dari BP3AKB, Dinkes, IBI, dan TP PKK, tersebut diterima Staf Ahli Bupati Purworejo, Kepala KBPM, Camat Bayan, Wakil Ketua TP PKK Kab, Ketua DWP, dan sejumlah Kades serta seluruh pengurus KSIB.

Ketua Tim Provinsi Jawa Tengah Dra Sri Dewi Indrajati mengatakan, monitoring dan evaluasi ini bertujuan untuk melakukan kroscek antara data administrasi yang dikirim ke tingkat provinsi dengan data yang ada di tingkat kabupaten khususnya di Kecamatan Bayan. Diharapkan jika terdapat kesulitan tentang program GSIB ini, agar disampaikan untuk dicarikan penyelesaiannya. “Kami akan melihat secara langsung alakah proses menurunkan angka kematian Ibu dan bayi melalui GSIB bisa berjalan seperti yang dilaporkan ke provinsi,” ujarnya.

Kriterianya dilihat dari administrasi, data dukung, kelembagaan, komitmen, dan inovasinya dalam melaksanakan program GSIB. Untuk yang terbaik I akan menerima penghargaan di Jakarta  bertepatan dengan upacara peringatan Hari Ibu. Selain itu terbaik I,II, dan III juga akan diundang Gubernur Jawa Tengah untuk menerima penghargaan.

Ia berharap melalui program GSIB akan bisa menurunkan angka kematian ibu hamil, ibu melahirkan, juga bayinya. Tim Provinsi melaksanakan evaluasi di Kecamatan Bayan dilanjutkan kunjungan di Desa Besole, mulai dari PAUD, posyandu, rumah sehat, pondok sayang ibu, dan posyandu lansia.

Camat Bayan Sukamto SSos menyampaikan selayang pandang tentang program KSIB yang dilakukan, meliputi upaya percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi, sinergi GSIB dengan dinas instansi terkait, kebijakan termasuk revitalisasi satgas GSIB, langkah monitoring, evaluasi dan lain sebagainya.

Selain itu juga dikuatkan dengan pakta integritas diantaranya  menihilkan angka kematian Ibu dan bayi sampai 2013, mewujudkan wajardikdas, membuka peruntukan ruang hijau untuk gedung fisik publik 1/3 dari jumlah bangunan, meningkatkan harapan hidup sampai 72 tahun, meningkatkan pendapatan wanita sampai dengan Rp 1,3 juta rupiah per bulan, dan terwujudnya desa sehat 2015.

Untuk kegiatan inovatif pendukung GSIB yakni bebas asap rokok saat thalil dan nggendong bayi, juga komitmen masyarakat, serta adanya ruang lactasi dan bumil di semua institusi.

Pelaksanaan evaluasi yang berlangsung hingga sore hari itu diakhiri dengan ucapan selamat jalan oleh Kepala KBPM Sumharjono SSos MM.  ”Evaluasi seperti ini sangat penting, karena tanpa ada evaluasi kami tidak akan tahu sudah sampai mana keberhasilan yang dicapai dibanding kabupaten lain. Kami siap untuk mensukseskan GSIB ini dan siap berlanjut, bahkan tingkat nasional dan internasional sekalipun,” tandasnya.


Sugito SE MM Sebagai Dewas Bank Purworejo

Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain Mag melantik Sugito SE MM sebagai Dewan Pengawas PD BPR Bank Purworejo, di ruang Bagelen, Jum’at (1/11). Nantinya Sugito akan bersama-sama Saudari Sri Palupi SE MSi yang diperpanjang masa jabatannya sebagai anggota Dewan Pengawas. Pelantikan dihadiri sejumlah pimpinan instansi terkait.

Dalam sambutannya Bupati mengungkapkan bahwa sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008 tentang PD BPR Bank Purworejo, anggota Dewan Pengawas berjumlah paling sedikit dua orang dan paling banyak tiga orang, dimana salah satu diantaranya diangkat sebagai ketua. Anggota Dewan Pengawas diangkat untuk masa jabatan paling lama tiga tahun dan dapat diangkat kembali.

“Pengangkatan Saudara sebagai Dewan Pengawas, tentu telah melalui mekanisme yang ada, serta memenuhi persyaratan integritas, kompetensi dan reputasi keuangan. Oleh karena itu, saya berharap Saudara mampu melaksanakan tugas, fungsi, wewenang dan tanggungjawab dengan sebaik-baiknya. Antara lain melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pembinaan terhadap PD BPR Bank Purworejo,” pesannya.

Dikatakan bahwa meskipun tidak menangani langsung kegiatan di PD BPR Bank Purworejo, namun dewan pengawas ikut bertanggungjawab atas maju mundurnya perusahaan daerah yang menjadi salah satu asset Kabupaten Purworejo ini.

“Sehingga tidak ada kata lain bagi Saudara untuk mencurahkan pikiran dan tenaga sesuai posisinya bagi kemajuan PD BPR Bank Purworejo, agar mampu memberikan kontribusi yang semakin besar bagi pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat Purworejo,” tandasnya.