Setelah lolos sebagai juara I
pemuda pelopor tingkat Provinsi Jawa Tengah, Dwi Puspitaningrum (29) maju
penilaian tingkat nasional. Penilaian tingkat nasional itu dilakukan langsung
oleh Kepala Bidang Kelembagaan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI,
Dra Lasmini MM yang langsung mendatangi Puspitaningrum di Desa Kemranggen
Kecamatan Bruno, Selasa malam (6/9).
Tim dari Kemenpora yang hadir
bersama Tim Provinsi Jawa Tengah, disambut Kepala Dinas Dikbudpora Kabupaten
Purworejo Drs Muh Wuryanto MM, Kabag Kesra Drs Bambang Sadyo Hastono MH, Camat
Bruno Wasit Diono SSos, Kades Kemranggen Sabdo, dan masyarakat setempat.
Dalam penilaian tersebut,
Puspitaningrum menampilkan berbagai karya terbaiknya yakni sebagai dalang
memainkan wayang kulit (mayang), menabuh kendang mengiringi karawitan yang
semua anggotanya ibu-ibu PKK desa, juga menampilkan beberapa tarian yang
dibawakan pemuda-pemuda desa dibawah asuhan Puspitanigrum. Setelah melihat
secara langsung hasil karya kesenian, Tim penilai melakukan wawancara kepada
Puspitaningrum sekitar 30 menit.
Dalam samutannya Lasmini
mengatakan, penilaian pemuda pelopor didasarkan pada tiga criteria antara lain,
bisa membuat sesuatu produk yang tadinya tidak ada menjadi ada, Memodivikasi
yang sudah ada, dan melestarikan untuk terus ada dan tidak punah. Disamping
itu, pemuda tersebut untuk memberikan jawaban tantangan dan memberikan
solusinya. Artinya bisa memberikan pengarahan kepada pemuda dilingkungannya
dalam kegiatan dan karya yang positif. “Yang jelas pemuda pelopor adalah
seseorang yang bisa mempenagruhi pemuda dilingkungannya untuk majukan desanya,”paparnya.
Dijelaskan, dalam penilaian
pemuda pelopor melibatkan tiga tim yuri tingkat nasional yang nantinya akan
melihat hasil penilaiannya dari masing-masing peserta kabupaten kota. Untuk
yang memenuhi criteria dan dinyatakan lolos maka akan melalui tahapan
berikutnya. Hasil penilaian Tim Yuri, akan menentukan kejuaraan pemuda pelopor
tingkat nasional. “Rencananya pemuda pelopor yang juara, akan menerima piala
dan uang pembinaan serta di undang pada upacara Hari sumpah pemuda di
Jakarta,”ungkapnya.
Sementara itu Muh Wuryanto
mengatakan, potensi pemuda pelopor di Purworejo perlu terus dikembangkan.
Bahkan sekitar dua tahun lalu Purworejo juga masuk ditingkat nasional sebagai
juara pemuda pelopor atas nama Purnomo. Tidak kalah potensinya Puspitaningrum
ini juga merupakan pemuda pelopor yang sudah teruji hingga memperoleh juara I
tingkat Prov.Jateng dengan berbagai kelebihan dalam mengajak kaum pemuda
didesanya untuk berkarya melalui kesenian tradisional dan melestarikan budaya
seni yang ada.
Apalagi Puspitaningrum juga merupakan dalang satu-satunya
perempuan di Purworejo yang tentu sangat membanggakan bagi Purworejo. “Tentu
harapannya kepiawaian yang tidak perlu diragukan lagi ini, Tim penilai akan
dapat menjadikan Puspitaningrum menjadi juara Pemuda pelopor tingkat nasional,”
harap Wuryanto yang disambut tepuk tangan masyarakat.
Hal sama dikatakan Wasit Diyono,
desa Kemranggen yang merupakan desa terpencil karena letaknya paling utara di
berbatasan Wonosobo, namun masyarakatnya memiliki kekompakan yang luar biasa.
Salah satunya kepatuhan dalam membayar pajak termasuk lunas pertama di
kecamatan Bruno. Demikian juga dalam budaya gotong royongnya juga sangat
terpatri kuat dimasyarakat dan pemudanya. “Sehingga dalam penyambutan tim
penilai inipun tampak keguyub rukunan masyarakat untuk ikut berpartisipasi
mendukung penilaian, meskipun pelaksanaan penilaian hingga malam. Ini sebuah
bentuk dukungan kepada Puspitaningrum dan juga Tim penilai,” ujarnya.
Apalagi
Puspitaningrum digadang-gadang untuk menjadi juara I pemuda pelopor tingkat
nasional, yang akan membawa nama harum Kabupaten Purworejo, Kecamaatn Bruno,
hingga Desa Kemranggen. Dia berharap, akan muncul pemuda pelopor seperti
Puspitaningrum di desa-desa Kecamatan Bruno untuk memajukan desanya yang
seklaigus menuju kearah kesejahteraan masyarakat desa.
Secara terpisah Dwi
Puspitaningrum yang akrab disapa Puspita, mengaku bersyukur dan lega dapat
melewati tahap penilaian secara maksimal. Kini, di tengah kesibukannya menjadi
guru Bahasa Jawa di SMA N 7 Purworejo dan di SMA Bruno, sembari menunggu hasil
penilaian dia bertekad akan terus melestarikan budaya seni tradisional. Dia
masuk nominator didasarkan pada potensi yang dimilikinya yakni konsisten
mengelola sanggar seni dengan konsentrasi karawitan, pedalangan, tari, dan
teater. “Saya menghidupkan sanggar seni sejak tahun 2002 dengan melibatkan
ibu-ibu PKK, karang taruna, dan warga. Semoga saja dapat lolos pada juara
nasional,” ucap Puspita didampingi Priyo Widodo yang merupakan ayah kandungnya.
Diceritakan Priyo Widodo (52),
Puspita merupakan anak ke dua dari dua bersaudara, yang memang sejak kecil
sudah terlihat bakatnya di kesenian. Terutama ditunjukkan pada seni tarai, dan
juga kesukaannya pada kesenian wayang kulit, karena pada kelas lima SD sudah
hafal beberapa nama wayang. “Bahkan kalau saya pulang dari manggung
sebagai dalang (mayang), Puspita ini selalu menunggui dan menanyakan tentang
wayang yang saya bawakan. Mulai dari bakat itulah lalu setelah lulus sekolah
SMP, saya arahkan untuk masuk pada Sekolah Menengah Karwaitan Indonesia (SMKI)
di Surakarta Solo,” kenang Priyo.
Dia sebagai orang tua merasa
sangat bersyukur, karena semenjak di SMKI itu, Puspita terpilih dalam 10 remaja
untuk mengikuti kegiatan safari remaja seni budaya pedalangan yang berkeliling
di tingkat nasional. Pernah pula dipanggil Ketua PP Muhammdiyah Pusat di gedung
mewah Jakarta untuk tampil sebagai dalang memainkan wayang. “Kami bersyukur dan
sangat terharu, anak saya mikul duwur mendem jero khususnya sampai saya dibawa
menginap disebuah hotel mewah, ya karena prestasinya anak saya. Mudah-mudahan
Puspita menjadi orang yang bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan keluarga
tentunya,” doa Priyo Widodo yang didampingi istri Sartini (51).
Puspita juga menempuh S1 di
Universitas Muhammadiyah Purworejo dan melanjutkan kuliah di Universitas
Sebelas Maret Surakarta mengambil S2. Sedangkan pialanya sudah banyak yang
diraih hingga sekitar 13 piala dan 13 piagam serta berbagai penghargaan lain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar