Kementerian Keuangan RI belum
mengalokasikan anggaran secara tersendiri untuk pendapatan perangkat desa.
Padahal jumlah desa di Kabupaten Purworejo cukup banyak, yang ironisnya tidak
termasuk faktor penerimaan dana alokasi umum (DAU) dari pemerintah pusat. Untuk
memberikan tunjangan penghasilan aparat pemerintah desa (TPAPD), Pemkab
Purworejo mengacu PP 58/2005 dan Permendagri 13/2006 sebagai payung
hukumnya.
Hal tesebut terungkap saat
audensi antara antara perwakilan aparat pemrintah desa dengan Bupati Purworejo,
Senin (11/6), di ruang rapat Bagelen komplek setda. Saat itu ratusan perangkat
desa yang tergabung dalam Polosoro dan persatuan perangkat desa (PPDI) Kabupaten
Purworejo, melakukan audensi dengan Bupati terkait pelaksanaan Perda Nomor 5
Ttahun 2008, tentang Kedudukan Keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa.
Perangkat desa diterima
Bupati Purworejo Drs Mahsun Zain MAg, didampingi Wakil Bupati Suhar, Sekda Drs
Tri Handoyo MM, Assisten Sekda bidang Pemerintahan Drs Said Romadon, Kepala
DP2KAD Drs Achmad Kurniawan Kadir, Kepala Bapermasdes Drs Murwanto, dan Kabag
Pemerintahan Kendrasmoko SSos MSi, Kepala Kesbangpolinmas Drs Budi Harjono dan
Sekretaris Inspektorat.
Aparat pemerintah desa diwakili
Ketua Polosoro yang juga Kades Guyangan Sutardi serta Ketua PPDI Aziz pada
kesempatan tersebut mengajukan tuntutan agar pemkab memberikan penghasilan
tetap sesuai upah minimum kabupaten (UMK), sesuai Perda Nomor 5 Tahun 2008.
Saat ini yang diterima dari TPAPD belum sesuai UMK. Disamping itu, mereka
menghendaki kendaraan dinas operasional kepala desa, agar dilelang karena
kendaraan tesebut telah dipergunakan selama delapan tahun. Bagi kepala desa
yang memasuki purna tugas agar diberikan tali asih atau penghargaan. Apalagi
dalam APBD 2011 terdapat silpa yang jumlahnya cukup besar.
Dijelaskan oleh Bupati Mahsun
bersama jajarannya secara bergantian bahwa berdasarkan Perda 5/2008 pasal 4
ayat (1) beserta penjelasannya menyebutkan bahwa perangkat desa berhak
mendapatkan penghasilan tetap sesuai UMK. Namun pada pasal tersebut ada pasal
penjelasannya. Untuk itu ia minta agar perangkat desa dalam menafsirkan pasal
dalam batang tubuh, tidak dipisahkan dengan pasal penjelasan. Apabila masih
terjadi perbedaan persepsi dalam pasal tersebut, ada ruang untuk menyamakan
persepsi oleh lembaga yang berwenang, yaitu di Mahkamah Agung.
Ia mengaku pernah bersama
perangkat desa menanyakan ke BPK. Diperoleh keterangan bahwa Kementerian
Keuangan belum mengalokasikan dana secara tersediri untuk perangkat desa. Untuk
memberikan TPAPD, pemkab Purworejo mengacu pada PP 58/2005 dan Permendagri
13/2006 sebagai payung hukumnya.
Sementara ini pemerintah pusat
tidak memberikan bantuan keuangan kepada pemkab. Yang ada bantuan keuangan dari
Pemprop, namun sudah diikuti jenis kegiatannya, misalnya bantuan keuangan untuk
meningkatkan ruas jalan. Meski demikian ia menyatakan bahwa bantuan keuangan
kepada pemerintah desa setip tahun terjadi peningkatan, baik itu TPAPD, ADD,
bantuan penyelenggarana pilkades, retribusi bagi hasil pajak. Untuk 2012
besarnya mencapai Rp 43 milyar lebih. Bahkan 2014, penerimaan PBB 46% nya akan
dikembalikan ke desa, untuk desa wisata mencapai 60%.
ADD ada kenaikan Rp 8.897.791.000
(64,83%), dari Rp 13.722.777.000-Rp 22.620.568.000. TPAPD naik Rp 2.608.812.000
(18.45%) dari Rp 14.135.448.000 - Rp 16.744.260.000. Bantuan pilkades naik Rp
1.625.313.000 dari Rp 159.000.000 – Rp 1.784.313.000. Bagi hasil pajak dan
retribusi daerah tahun lalu belum ada, rencanan melalui APBD perubahan akan
dianggarkan Rp 2 milyar.
Sedangkan besaran TPAPD
diklasifiasikan menjadi empat. Klasifikasi A alokasi Rp 7.558.560.000 untuk 170
desa. Kades Rp 530.000, sekdes 475.000, kaur/kadus Rp 350.000 per bulan. B Rp
3.757.200.000 untuk 133 desa. Kades Rp 450.000, sekdes Rp 400.000, kaur/kadus
250.000. C Rp 3.128.100.000 untuk 97 desa. Kades Rp 400, sekdes Rp 350,
kaur/kadus Rp 225.000. D Rp 2.3.400.000 untuk 69 desa. Kades Rp 350.000, sekdes
Rp 300.000, kaur/kadus 200.000.
Tali asih atau penghargaan kepada
mantan kepala desa pernah dilaksanakan tahun 2006 lalu. Namun menjadi temuan
audit BPK. Kemudian oleh BPK direkomendasikan kepada bupati, agar menghentikan
pemberian penghargaan kepada mantan kepala desa, karena dianggap menyalahi
aturan. Pemberian uang pesangon kepada mantan sekretaris desa yang
besarnya antara Rp 5-20 juta, karena hal itu diamanatkan dalam peraturan
pemerintah (PP).
Menyinggung silpa APBD, ia
menjelaskan bahwa bila dilihat dari nominalnya diakui besar. Namun bila
diperhatikan lebih lanjut, dianggap sama saja tidak ada silpa. Karena silpa
yang ada, berupa kegiatan yang belum dilaksanakan tahun tersebut. Kegiatan
belum bisa dilaksanakan karena aturannya baru turun di akhir tahun. Apabila
dilaksanakan tidak akan selesai, sehingga menyalahi aturan. Bila belum
dilaksanakan, bisa dilaksanakan tahun berikutnya. Demikian juga jenis
kegiatannya sudah ditentukan dari pusat. Silpa yang ada berupa dana alokasi
kusus (DAK), mayoritas di bidang pendidikan, BULH dan kesehatan.
Terkait kendaraan dinas, ia
mengaku aset daerah bisa dilelang bila telah berumur lebih dari lima tahun.
Sementara kendaraan dinas operasional kepala desa sudah berusia delapan tahun.
Penghapusan aset daerah harus melalui lelang, baik terbuka maupun tertutp.
Penghapusan aset, harus berdasar usulan pengguna, dalam hal ini camat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar