Kamis, 30 Agustus 2012

Tari Dolalak Garapan Juara III Se Jateng


Tari Dolalak dengan nama garapan Tari Jadol, mendapat predikat Juara III dalam parade seni budaya Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Penghargaan diserahkan oleh Gubernur Jawa Tengah, pada malam resepsi Hari Jadi Jawa Tengah, beberapa waktu lalu.

Tim Kesenian Kabupaten Purworejo diwakili oleh Kelompok Kesenian Dolalak Asri Budaya Desa Karangejo Kecamatan Loano dengan dukungan Dolalak Krida Utama. Dibawah koordinasi Bidang Kebudayaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, tim menampilkan kesenian khas tari Dolalak yang digarap dengan apik oleh Riyanto Purnomo, seniman muda dari Kecamatan Bagelen. Dengan mengambil materi penari usia muda (setara SD dan SMP) penampilan Kabupaten Purworejo menjadi berbeda dengan tim lainnya.

Semenjak penampilan pemanasan (sebelum masuk waktu pentas di depan Tamu Undangan) Tim Kabupaten Purworejo mencuri perhatian para penonton. Tak sedikit penonton yang mengambil posisi di depan/samping penari dolalak, untuk sekedar minta foto bersama.

Pembukaan Parade ini ditandai dengan pemukulan tenor drum oleh Gubernur Jateng, Bibit Waluyo. Selanjutnya penampilan dari 35 kontingen dari Kabupaten/Kota di Jawa Tengah pun dimulai dengan disaksikan oleh 5 (lima) lima orang juri yang berada di tiga titik sepanjang jalan Pahlawan.

Tim Kabupaten Purworejo menampilkan hasil latihannya selama beberapa minggu. Penampilan yang dibatasi dengan durasi 3 (tiga) menit ini, dimulai dengan tarian diikuti iringan Lagu “Ikan Cucut” disusul lagu “Pakai Nanti” dan diakhiri trance dan teriakan kompak seluruh penari kalimat : “Dirgahayu Jawa Tengah !!!” Disusul dengan terbentangnya spanduk yang diangkat tinggi dengan bertuliskan “Dirgahayu ke - 62 Provinsi Jawa Tengah”.

KUA Grabag 2 Juara Harapan II Teladan Jateng


KUA Kecamatan Grabag 2 sebagai salah satu KUA di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Purworejo, terpilih sebagai wakil Eks-Karesidenan Kedu untuk maju ke tingkat Propinsi dan meraih Juara Harapan II.

Prestasi ini tidak terlepas dari dukungan dan pembinaan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Purworejo dan Kasi Urais Kankemenag Kabupaten Purworejo. Tidak terkecuali dukungan para Kepala KUA Kecamatan se-Kabupaten Purworejo dan para pegawai pada KUA Kecamatan Grabag 2 sendiri, yang telah bekerja dan melayani masyarakat denan sungguh-sungguh .

Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Purworejo Drs H Nurudin MPdI menyampaikan rasa bangganya atas prestasi yang dicapai KUA Grabag 2 ini. Beliau berharap, capaian prestasi ini tidak menjadikan KUA cepat puas sehingga senantiasa berusaha menjadi lebih baik lagi, sehingga bisa menjadi contoh dan menular pada KUA-KUA yang lain di Purworejo.

Ia menambahkan, prestasi lain yang dicapai Kantor Kemenag Kabupaten Purworejo tidak hanya di bidang pelayanan masyarakat yang digawangi oleh KUA. Baru-baru ini, Lis Ulfiana, siswa MA Takhasus Al Qur’an Ahmad Sari Kecamatan Bruno, terpilih sebagai Juara 1 dalam Pemilihan Anak Yatim Berprestasi Kategori MA di Tingkat Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan tahun sebelumnya, Predikat Juara 1 Lomba Keluarga Sakinah Tingkat Nasional diraih oleh Hj Tien Partini dan H Mulyadi Nitisusastro dari Pituruh.

Senin, 27 Agustus 2012

Purworejo Terima Bantuan Miliaran Rupiah


Kunjungan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI, DR HR Agung Laksono di Purworejo, tepatnya di Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan, membawa berkah tersendiri bagi Purworejo. Berkah itu lantaran Menko Kesra Agung Laksono membawa bantuan yang nilainya milyaran rupiah untuk beberapa pos pembangunan seperti kesehatan, pendidikan, kemasyarakatan dan PNPM. Meskipun penyerahan bantuan tersebut hanya simbolis, karena sebagian bantuan sudah diterima sejak beberapa waktu lalu.

Sebelum menuju Ponpes An-Nawawi, Menko Kesra terlebih dahulu diterima Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain MAg, Wakil Bupati Purworejo Suhar, Sekda Purworejo Drs Tri Handoyo MM, dan sejumlah pejabat di Peringgitan, Minggu (26/8). Nampak dalam rombongan Menko Kesra antara lain, Deputi IV Kementerian Kesra Prof Agus Sartono, Ketua Pendidikan Kosgoro 1957 Jawa Tengah Bowo Sidik Pangarso.

Kepada para wartawan, Agung Laksono menyampaiakan beberapa hal terkait dengan kesejahteraan rakyat Indonesia yang semakin meningkat. Bahkan menurutnya, angka kemiskinan juga mengalami penurunan dimana sebelumnya n mencapai 40 juta orang (tahun 2004), kini turun menjadi 29 juta orang. ”Namun jumlah tersebut masih tetap menjadi pekerjaan rumah kita, ” katanya.

Dikatakan pula, saat sekarang ini kita juga mengalami krisis global, yang perlu antisipasi antara lain dengan memberikan perlindungan kepada masyarakat miskin. “Berbagai kajian terus dilakukan seperti di bidang pendidikan, kesehatan yang lebih fokus, dan juga  ada pemberdayaan ekonomi masyarakat,” ungkapnya.

Di Ponpes An-Nawawi Berjan, Agung Laksono langsung diterima pimpinan Ponpes An-Nawawi  KH Chalwani dan para pengurus. Dalam sambutannya Agung Laksono menyampaikan bahw sejak dulu pendidikan di pondok pesantren telah menumbuhkan semangat heroisme, namun tetap berpegang pada wawasan kebangsaan sekaligus intelektualisme keagamaan yang tinggi. “Dalam dunia pondok pesantren dibutuhkan tokoh sentral yang mumpuni, yaitu figur kyai sebagai suri tauladan. Figur kyai ini mudah terbentuk pola kepemimpinan dan sistem pembelajaran yang efektif dan fungsional,” katanya.

Dikatakan bahwa pola relasi santri–kyai berbentuk teacher-disciple relation yang dilandasi pertalian silahturahmi yang tak pernah putus yaitu ikatan keagamaan. Dua komunitas ini selalu menyatu, disatu sisi sebagai komunitas yang sangat patuh, tetapi sisi lain sebagai komunitas pemimpin yang mampu mewujudkan suri tauladan yang saleh.

Disampaiakan pula, ponpes sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia benar-benar memiliki basis kultural yang mengakar pada masyarakat. Sampai saat ini model pendidikan pondok pesantren masih tetap bertahan, tidak pernah lapuk dimakan usia. Sederas apapun pengaruh moderniasasi, pesantren tetap mampu bertahan dalam melakukan kajian pengetahuan agama Islam. Sekalipun sistem pembelajaran dengan pola tradisional seperti sorogan, bandongan, halaqoh, tetapi metode ini tetap unggul dan ampuh memberikan kesan positif sepanjang hayat para santri.

Agung Laksono berpesan agar pondok pesantren An Nawawi menciptakan kondisi pembelajaran yang lebih terbuka, tidak fanatik buta dalam membenarkan pahamnya sendiri tetapi mudah menyalahkan orang lain yang tidak sepaham. Mengajarkan pendidikan agama dengan cara pandang yang luas, baik dan benar, berwawasan kebangsaan, agar santri tidak keliru atau tidak sepotong-potong dalam memahami agama.

Kecuali itu juga harus menanamkan pendidikan agama yang kuat, yang mampu mempertahankan budaya masyarakat berdasarkan kearifan lokal dan nasional yang multikultural namun tetap bersandar pada landasan agama, karena ponpes merupakan salah satu benteng pertahanan budaya, termasuk pesantren yang peduli dan berbudaya lingkungan yang sehat. Bidang pendidikan, kesehatan dan bantuan langsung masyarakat (BLM)  nampaknya menerima bantuan cukup besar dibandingkan dengan bidang-bidang lainnya. Bidang-bidang ini memang merupakan prioritas program pembangunan di Purworejo.

Untuk bantuan Pendidikan Anak Usia Dini Layanan TPA/KB/TK SPS Tahun 2012 sebesar Rp 1.961.000.000. Bantuan Pendidikan Dasar sebesar Rp 126.741.297.544. Bantuan Pendidikan Menengah sebesar Rp .171.667.118.000. Bantuan dari BKKBN Pusat berupa alat kontrasepsi, operasional dan sarana pelayanan sebesar Rp 3,8 miliar. Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk PNPM Mandiri Perdesaan dan PNPM infrastruktur perdesaan sebesar Rp 21,260 miliar .

Disamping itu, Kementerian Agama kabupaten Purworejo juga menerima bantuan yang tidak sedikit yaitu berupa bantuan beasiswa siswa miskin untuk siswa madrasah swasta sebesar Rp 1.009.840.000, BOS untuk madrasah swasta dan Ponpes salafiyah sebesar  Rp 4.655.320.000 dan Bantuan Operasional Manajemen Mutu (BOMM) untuk Madrasah Aliyah swasta sebesar Rp 90.000.000. 

Sabtu, 25 Agustus 2012

Kabupaten Purworejo Terima Penghargaan


Untuk kesekian kalinya Kabupaten Purworejo mendapat penghargaan di tingkat Provinsi. Yakni sebagai Juara I Lomba Tata Kelola Keuangan Tingkat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012. Penghargaan tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Purworejo sangat transparan dan akuntabel dalam pengelolaan keuangan daerah. Penghargaan berupa tropi dan piagam, diserahkan langsung oleh Gubernur Jawa Tengah H Bibit Waluyo kepada Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain MAg, pada upacara Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah Ke 62, di lapangan Pancasila simpanglima Semarang, Rabu(15/8).

Menurut Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Purworejo Drs R Achmad  Kurniawan Kadir, Purworejo meraih juara pertama karena telah melaksanakan tata kelola keuangan sesuai dengan regulasi. Selain itu juga didukung dengan pelaksanaan Good Governance (tata kelola pemerintahan yang baik) yang meliputi tiga aspek yaitu partisipatif, transparansi dan akuntabel.

Menurut pria yang akrab dipanggil Wawan itu, semua tata kelola keuangan yang dilaksanakan tidak ada yang disembunyikan. Bahkan masyarakat bisa mengetahui pengelolaan secara transparan itu melalui website Pemda. Di website tersebut, tata kelola keuangan ditampilkan lengkap terinci, termasuk yang ada di semua SKPD.

“Penghargaan ini alami murni tidak ada yang dibuat-buat, semua berjalan apa adanya, karena merupakan bentuk tanggung jawab untuk menjalankan sesuai regulasi. Mudah-mudahan penghargaan ini bisa menjadi penyemangat untuk terus meningkatkan kinerja menuju lebih baik dari sebelumnya,” katanya.

Dikatakan bahwa dalam mengelola keuangan, tidak bisa disamakan dengan mengelola non keuangan. Sebab tidak boleh ada kebijakan dalam mengelola keuangan, melainkan harus sesuai dengan aturan. “Kalau ada temuan dari hasil pemeriksaan, maka segera kita tindak lanjuti,” tandasnya.

Ia mencontohkan, penerapan dana bantuan sosial atau dana hibah, yang pelaksanaannya mengacu regulasi yang tertera dalam peraturan bupati. Bagi penerima bantuan sosial atau dana hibah, harus mempertanggungjawabkan sampai dengan selesai.

”Kita perlakukan penerima bansos atau hibah sama seperti satker. Kita akan melakukan pengecekan secara lengkap dari mulai administrasi, SPJ, hingga bukti fisiknya. Kalau di Kabupaten Purworejo pelaksanaan bansosnya harus seperti itu sesuai dengan perbup, memang beda dengan daerah lain,” jelasnya.

Disamping itu, harus memiliki komitmen yang kuat yakni komitmen terhadap regulasi dan konsisten dalam menerapkannya. ”Seperti yang diharapkan Bupati, maka semua uang yang dikelola, harus dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat, tidak ada sedikitpun yang tidak sampai ke masyarakat, dan tidak boleh berkurang sepeserpun,” tandasnya.